Children Record 03 Part 1 (Aroma Shampo Menyebar~)

Children Record 03 Part 1

Rekaman Anak-Anak 03 Part1
(Aroma Shampo Menyebar~)
Kredit untuk Renna buat english translation
“….Guru itu pasti alien atau sesuatu. Aku tidak mengerti apapun yang dia katakan.”

Setelah mengecek sekelilingnya, Ayano membisikkan itu kepadaku.
Diluar sangatlah cerah pada hari itu.
Hari musim panas yang sebenarnya  dengan teriakan jangkrik yang sepertinya menderu-deru di terik matahari yang sangat panas.
Duduk dengan santai di kursinya di samping jendela di belakang kelas, Ayano menatapku, menungguku menjawabnya.
“Ahhhh, iya, mungkin.”
Mengetahui kalau sesuatu yang menyebalkan akan dimulai lagi, aku hanya mengikutinya dan mengatakan apapun, membuat Ayano menjatuhkan  punggungnya dan membaringkan kepalanya di meja.
“Auu, Shintaro, kamu hari ini juga dingin…”
“Itu karena kau mengatakan hal yang membosankan. Apanya yang ‘alien’? Kau cuma tidak mengerti pelajarannya kan?”
“Y-yah, memang sih, tapi...”
Membalik halaman dari buku catatan, tidak ada sesuatu yang terlalu sulit dituliskan.
Sebenarnya, orang ini cuma terlalu bodoh. Kalau kau tidak mengerti pelajaran yang seperti ini, bukannya seharusnya kaulah yang alien?
“Bukannya mereka biasa mengatakan cuma orang bodoh saja yang menyalahkan orang lain? Ngomong-ngomong, kau dapat nilai jelek di ulangan kemarin, kan? Kalau begini terus kau harus ikut les tambahan di musim panas kan? Memang dari awal itu kau ini.....”
Biasanya setelah dia dimarahi sampai seperti ini dia hanya akan menjawab dengan “Maaf karena aku bodoh. Kumohon maafkanlah aku.” tapi sepertinya dia tidak melakukannya hari ini.
Saat aku melihatnya dengan pikiran ini di otakku, Ayano telah duduk sigap kembali dan melotot ke arahku.
Karena wajahnya sangat berbeda dengan sikapnya yang lembut seperti biasanya, aku tidak bisa menghentikan diriku tersentak.
“A-apa? Kau marah?”
Kutanya dengan perlahan, tapi Ayano tidak menjawab pertanyaanku, dan malah mulai membicarakan suatu fakta.
“Biarpun kamu mengatakan hal seperti itu kediriku, Shintaro.... Aku tau kamu itu seperti apa. Karena Shintaro sudah terlalu pintar kamu tidak perlu belajar, dan kamu malah menghabiskan waktumu untuk melihat situs-situs kotor yang ada di internet. Kamu juga melakukannya kemarin, iyakan?”
Perkataan Ayano yang sangat tidak terduga yang memberatkan diriku, membuat jantungku berdebar-debar.
Aku mulai mencoba memikirkan berbagai alasan untuk itu “Kenapa dia bisa tau hal seperti itu? Tidak, tidak mungkin. Aku selalu menghapus catatan browserku, dan selama tidak ada kamera pengintai....”
Kadang aku bingung bagaimana bisa aku berpikir secepat ini pada waktu seperti ini.
Paling tidak, otakku mulai membuat alasan yang bagus dalam waktu yang sangat cepat.
Mengikuti perintah dari otakku, aku langsung menyiapkan alasan di tenggorokkanku, sudah siap mengatakannya. Aku bisa melakukan ini. Alasan itu pasti sempurna!
“A-apa!? A-a-apa yang kau bicarakan!? A-aku tidak melihat hal-hal seperti itu sama sekali! Aku bahkan tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu! Aku tidak pernah melihat hal seperti itu seumur hidupku!”
Tetapi, alasan yang sudah kusiapkan tidak terpakai, dan malahan, keluar alasan yang sangat sangat mencurigakan dari mulutku.
Bahkan aku sendiri tidak tahan mendengar bagaimana itu sangat seperti bohongan, dan bersamaan aku mulai bekeringatan, jawaban “Hmm” yang kudapat makin mempercepat keluarnya keringatku.
Lalu, Ayano menatapku dengan hina dan berdiri dengan gemerincing yang nyaring.
Dia lalu menyandar ke arahku dan mendekat ke wajahku.
“Pembohong. Aku sudah dengar tentang semuanya tau.”
Karena jarak yang terlalu dekat antara kami, aroma shampo dari rambut coklat panjang Ayano bertahan di udara lebih lama dari yang diperlukan.
Otakku yang hebat sepertinya telah mencium aromanya juga, dan keadaannya langsung berubah menjadi lumpuh.
Tida, tapi sebenarnya, tidak mungkin dia bisa mendengar tentang apapun. Catatan browserku harusnya bersih. Aku tidak mungkin membuat kesalahan disitu. Aku sangatlah percaya soal itu.
“Me-memangnya darimana kau mendengar itu!? Dan hei, kau terlalu dekat!”
Aku berteriak mati-matian. Karena Ayano yang terlalu dekat, aku tidak bisa menghadapinya kecuali aku meninggikan suaraku secukupnya.
“Siapa.....?”
Ayano tersenyum dengan lebar, dan perlahan menggerakkan wajahnya dekat ke telingaku. Aroma shampoo yang pekat akhirnya menyelimutiku dan aku telah membatu, tidak bisa bergerak.
Ini tidak ada gunanya. Aku tidak bisa lagi mengerti apa yang dia ingin lakukan. Dengan tiada cara untuk keluar, yang bisa kulakukan hanya menutup mataku.
Dan seperti ingin menghilangkan keteganganku, Ayano membisikkan ini ditelingaku:
“.....Apakah kamu sudah lupa denganku, Master?”
“……Tunggu, Ene!?”
.
.
.
Saat aku membuka mataku, bukanlah Ene ataupun Ayano yang kulihat.
Kelas yang kulihat tadi juga telah menghilang.
Gantinnya adalah garis tegak lurus pipa-pipa yang selang-seling di langit-langit, sebuah bohlam lampu yang bergantung disitu, dan Kido yang melihatku sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Bukan Ene, tapi Kido.”
Sepertinya dia baru saja selesai mandi, Kido mengenakan kaos, dan mengeluarkan aroma shampo bersamaan dia berdiri dengan ekspresi sebal.
“.....I-iya. Maaf.”
“Aku tidak tau mimpi seperti apa yang kau lihat, tapi ini sudah pagi. Waktunya bangun.”
Dan dengan itu, Kido berjalan menuju pintu masuk sambil masih mengeringkan rambutnya.
Bersamaan aku menatap datar langit-langit, aku bisa mendengat suara Kido dari arah pintu masuk.
“Ayolah, sudah pagi. Bangun. Memangnya dimana kau pikir kau tidur?”
Saat dia tiba-tiba menuju ke pintu masuk, aku berpikir terlalu ceroboh untuk keluar cuma dengan kaos dan rambutnya masih basah, tapi sekarang sudah masuk akal untukku.
Dan lalu, kudengar suara Konoha berkata “Eh? Ah, ini dimana?” Dia harusnya juga tidur di sofa, jadi bagaimana dia bisa disitu? Tukang tidur seperti apa dia?
Tadi jam 3 pagi sejak aku terlibat dengan orang-orang ini.
Sekarang saat aku melihat ke jam, sudah sekitar jam 9 pagi.
Biasanya aku tidur selama 14 jam, tapi karena ini rumah orang lain, akan buruk jika aku kembali tidur lagi.
Tetapi, pada saat aku mencoba mengumpulkan kekuatan didiriku untuk bangun, aku merasakan sakit di kedua pahaku. Aku mengeluarkan suara “Ah.....” dan jatuh ke sofa.
Aku langsung mendengar Kido bertanya “Suara aneh apa yang kau buat.....?” tapi mengetahui kalau dia akan pergi, aku pura-pura tidak mendengarnya.
Tapi, ini memang masuk akal. Aku berjalan lama sekali semalam, dan hari sebelumnya juga, jadi tentu saja aku akan merasakan tegangan pada  kaki kurusku.
Aku mulai putus asa dengan ketidakberdayaanku sebentar, tapi aku menyadari tidak ada gunanya mengeluh.

0 Comment "Children Record 03 Part 1 (Aroma Shampo Menyebar~)"

Posting Komentar